Thursday, November 24, 2011

CINTA SEJATI




Ada sepasang kekekasih dimana mereka saling mencintai, sebut saja mereka Bagas dan Shinta. Dalam menjalani hari – hari, mereka selalu bersama dan tak pernah pisah. Disuatu malam mereka duduk berdua di bawah pohon di halaman rumah Shinta. Mereka berdua mengukir nama mereka berdua di pohon itu yang bertuliskan “Bagas Love Shinta For Ever” yang dituliskan di dalam gambar hati.
Shinta berkata pada Bagas “ini adalah pohon cinta kita berdua, jika suatu hari salah satu dari kita berdua telah tiada maka pohon ini akan melayukan bagian dari tubuhnya dan jika kita berdua telah tiada maka pohon ini akan mati juga”. Bagas tersenyum sambil menata dan memegang kedua tangan Shinta, lalu Bagas berkata “kamu adalah orang yang paling aku cinta, hanya kamulah seorang seumur hidupku dan tak akan pernah terganti selamanya”. Shinta tersenyum dan mengeluarkan air matanya yang indah lalu Shinta memeluk Bagas dengan erat.
Entah berapa lama Bagas dan
Shinta berpelukan, tak sadar Shinta telah tertidur didalam pelukan Bagas. Sementara Bagas membiarkan Shinta tertidur dalam pelukkannya, tetapi Bagas berfikir “jika Shinta tidur dalam posisi ini pasti tidak merasa nyaman”. Bagas membawa Shinta kedalam rumah menuju kamar tidur Shinta. Setibanya di ruang tamu ibunda Shinta bertanya kepada Bagas “Bagas, Shinta kenapa ? Apa dia pingsan ?” ”Shinta hanya tertidur tante mungkin dia mengantuk” jawab Bagas. Ibunda Shinta bergegas menuju kamar tidur Shinta untuk membukakan pintu dan menyediakan selimut tidur milik Shinta.
Setelah sampai dikamar tidurnya Shinta, Bagas merebahkan tubuh Shinta diranjang tidurnya. “Maaf tante Bagas pamit pulang” ujar Bagas. “Menginap saja disini temani Shinta sampai besok pagi, pasti dia senang” jawab Ayahanda Shinta. Bagas meng-iyakannya dan turun kebawah untuk berbincang-bincang dengan orang tua Shinta.          Selang 10 menit Shinta memangggil nama Bagas “Bagas…!”, Bagaspun bergegas menuju kamar tidur Shinta. “Ya sayang ?” tanya Bagas, “sini temani aku tidur…” ajak Shinta. Bagas pun berdandar pada dinding ranjang tidur Shinta, Shinta mengangkat kepalanya dan merebahkan dikedua paha milik Bagas. Bagas mngecup kening Shinta dan mengucapkan “have a nice dream hanny” Shinta hanya tersenyum dan memejamkan kembali kedua matanya yang sayu itu. Tak berapa lama kemudian Bagas pun ikut tertidur.
Waktu menunjukan pukul 04.35 terdengar suara adzan subuh, Bagas pun terbangun dan perlahan memindahkan kepala SHinta yang masih bertumpu di kedua pahanya. Setelah itu Bagas mandi dan menunaikan sholat subuh, karena masih hari sekolah Bagas mengenakan seragamnya yang dulu pernah ia simpan dilemari baju Shinta. Bagas pergi keruang makan untuk menyiapkan sarapan untuk Shinta, beberapa kemudian Shinta memanggil Bagas “ sayaaang “, seperti biasa Bagas bergegas menghampiri Shinta “ya sayangku ?” ujar Bagas. “kepala aku sakit sayang” “ ya udah kamu gak usah sekolah ya” lanjut Bagas, “tapi nanti aku sendirian dirumah” Shinta sedih. “Aku disini kok temenin kamu”jawab Bagas “yah kamu bolos donk” Tanya Shinta “buat kamu apa sih yang enggak” jawab Bagas sambil membuka seragam yang telah ia kenakan sedari tadi.
“Shinta ada apa ? Pagi – pagi udah teriak aja” Tanya ayahanda Shinta. “kepala aku sakit pah” ujar Shinta “om sama tante tenang saja, bagas disini kok temenin shinta, bagas bolos ajah” sahut bagas. “ owh ya sudah, nanti tante telepon ke sekolah kalian, kalau kalian gak bias masuk hari ini” jawab ibunda shinta, Shinta dan bagas hanya tersenyum. Orang tua shinta pergi berangkat ke tempat kerja mereka.
Sudah 3 hari bagas dan shinta tidak masuk sekolah, dan suatu hari shinta jatuh pingsan dan dibawa kerumah sakit. Dokter memeriksa keadaan shinta, dan ternyata shinta mempunyai riwayat sakit kanker otak stadium 4. Dokter memfonis bahwa umur shinta kurang lebih 1 bulan lagi. Bagas mendekati shinta sambil mengeluarkan air mata dan berkata “ sayang kenapa kamu enggak pernah bilang kalau kamu mengidap penyakit ini ?” “ aku takut kamu khawatir sama aku sayang, jadi aku merahasiakan penyakit ini sama kamu…” jawab shinta. Bagas terus menerus mengeluarkan air matanya dan menggenggam tangan shinta yang diselingi dengan mengecup tangan kanan shinta.
Hari demi hari bagas selalu datang kerumah sakit untuk menjenguk shinta. Dan tak berlangsung lama bagas pun jatuh sakit. Bagas dirawat dan ditempatkan di rumah sakit dan kamar yang sama dengan shinta, ternyata setelah bagas diperiksa dokter bagas juga mengidap penyakit yang sama dengan shinta bahkan lebih parah dari shinta. Usia bagas pun hanya sisa umur shinta.
Hari – hari mereka berdua jalani dengan canda tawa yang terkadang menahan sakit yang amat sangat di kepala mereka. Satu bulan sudah shinta dirawat, di hari kesatu bulan mereka berdua merasakan sakit yang amat sangat di kepala mereka. Mereka berdua berpegangan tangan menahan rasa sakit. Beberapa kamudian bagas menghembuskan nafas terakhirnya yang disusul oleh kematian shinta. Isak tangis memenuhi ruangan dimana shinta dan bagas dirawat. Keesokan hari mereka berdua dimakamkan berdampingan di halaman depan rumah shinta di bawah pohon cinta mereka yang ikut mati menyusul bagas dan shinta. Nama bagas dan shinta terukir didua tempat, batu nisan dan pohon kering di atas makam mereka.

Load disqus comments

0 komentar